Mungkin memang saya saja yang terlalu naif atau terlalu “awam” sehingga saya pernah menganggap bahwa media olahraga bebas dari intrik-intrik politik olahraga, tidak seperti media umum yang kadang memang berpihak terhadap golongan politik tertentu. Pada tahun 2011, saya mulai rajin membaca Marca, dilanjutkan dengan As dan Mundo Deportivo setahun belakangan ini. Setelah lebih sering membaca ketiga media Spanyol itu, saya menjadi sadar bahwa media olahraga pun berpihak, sama dengan media umum. Berikut gambaran sekilas dari tiga media tersebut:

1. Marca

Marca adalah media olahraga terbesar di Spanyol. Terbit dengan format tabloid harian, Marca menjadi media cetak dengan pembaca terbanyak di Spanyol, melebihi harian umum. Harian ini memfokuskan diri pada berita-berita mengenai sepakbola, walaupun ada juga cabang olahraga lainnya seperti basket, tenis, dan otomotif. Markas Marca terletak di Madrid, dan faktanya, mereka lebih banyak memuat berita mengenai Real Madrid, terlepas dari ada 3 klub divisi utama Liga Spanyol lainnya yang bermarkas di Madrid (Atletico Madrid, Getafe, dan Rayo Vallecano). Banyak yang menuduh Marca memihak Real Madrid. Oscar Campillo, direktur Marca, pernah meyakinkan bahwa medianya adalah media bagi semua penggemar sepakbola. Meskipun demikian, pernyataan Campillo bertentangan dengan fakta bahwa Real Madrid mendapatkan pemberitaan paling banyak.

Hal pertama yang membuat tersentak dan sadar bahwa “media olahraga pun berpihak” adalah ketika saya membaca ulasan pertandingan Liga Champions musim 2012-2013 antara Borussia Dortmund-Malaga. Singkatnya, pada pertandingan tersebut wasit dianggap membuat keputusan kontroversial dengan mengesahkan gol Dortmund yang dianggap berbau offside. Hal yang menjadi sorotan saya di sini adalah cara sang wartawan menggambarkan pertandingan tersebut. Salah satu kalimat “tidak netral” yang saya temukan dalam artikel tersebut antara lain adalah :

No hay palabras que consuelen al malaguismo. No hay nada que se pueda escribir ni decir sobre la injusticia vivida anoche en Dortmund en sólo 71 segundo”

(“Tidak ada kata-kata yang dapat menghibur para penggemar Malaga. Tidak ada yang dapat dituliskan ataupun dikatakan mengenai ketidakadilan semalam di Dortmund (yang terjadi) hanya dalam jangka waktu 71 detik)

“Ketidakadilan”?? Well, belum apa-apa sang penulis sudah menyebut bahwa wasit melakukan ketidakadilan. Wasit juga manusia, mereka juga dapat melakukan kesalahan. Bisa saja sang wasit melakukan kesalahan pada saat memimpin pertandingan dan tidak bermaksud memberikan keuntungan kepada Dortmund.

Marca juga beberapa kali membuat “kampanye negatif”, salah satunya adalah “kampanye pemecatan Pellegrini” sebagai pelatih Real Madrid. Beberapa diantaranya ditunjukkan seperti contoh kover depan Marca di bawah ini :

NEGATIVE CAMPAIGN PELE

Terjemahan : Estas despedido Manolo : You’re fired, Manolo | Fuera : (Pellegrini) Out! | Vete ya : (You) Go away!

Selain itu, jika anda sering memperhatikan pertandingan yang dimainkan Real Madrid di Santiago Bernabeu dan pertandingan yang dimainkan Atletico di Vicente Calderon, Marca dipastikan muncul di papan-papan iklan stadion. Untuk memunculkan iklan di papan stadion tentunya bukanlah hal yang mudah. Kedua belah pihak harus mengadakan perjanjian. Jadi, tidak mengherankan apabila Marca hampir tidak pernah mengkritik keras kebijakan Real Madrid atau Atletico. Jika Marca mengkritik keras kebijakan Real Madrid atau Atletico, mungkin saja kedua media itu tidak dibolehkan “ngiklan” di stadion atau wartawan mereka tidak dibolehkan menumpang di pesawat yang membawa kedua tim ketika mereka melakukan perjalanan dalam rangka pertandingan tandang.

Dalam kasus kepindahan Angel Di Maria, Marca selalu berpegang pada pernyataan Ancelotti yang berkata bahwa “Di Maria sendirilah yang mengingingkan pergi” (lihat http://www.marca.com/2014/08/21/en/football/real_madrid/1408634693.html) dan Marca tidak pernah mengutip pernyataan Di Maria yang berkata bahwa “saya tidak pernah ingin pergi dari Real Madrid” (lihat http://www.espn.co.uk/football/sport/story/337367.html). Dua pernyataan yang bertentangan, tapi Marca hanya memuat satu pernyataan. Hal ini jelas tidak “cover both side” dan menggiring pembaca untuk percaya pada pernyataan yang dikeluarkan oleh Ancelotti.

2. As

Harian As juga bermarkas di Madrid. Format harian ini hampir sama dengan Marca, yaitu tabloid harian. Sama seperti halnya Marca, harian ini memfokuskan diri untuk mengulas sepakbola, dan lagi-lagi Real Madrid-lah yang paling banyak mendapatkan pembahasan.

Satu hal yang lagi-lagi membuat saya tersentak adalah bahwa ada seorang jurnalis yang secara terbuka mengakui bahwa dirinya pendukung Real Madrid. Sebenarnya tidak masalah apabila secara terbuka sang jurnalis memberikan pengakuan mengenai “ideologi sepakbola”-nya, akan tetapi menjadi masalah apabila dia berpihak dalam menulis opini.

Sang jurnalis ini bernama Tomás Gómez-Díaz Roncero, atau lebih populer dengan nama Tomas Roncero. Dia adalah redaktur desk Real Madrid di harian As. Mengapa saya katakan bahwa dia berpihak dapat dilihat dari contoh opini yang dia tulis di website As.com. Opini tersebut berjudul : “Fichemos Varios Españoles” (Kami Merekrut Berbagai Pemain Spanyol). Inilah cuplikan kalimat yang dilontarkannya di artikel tersebut :

Sé que lo primero es renovar a Cristiano y fichar a Bale. Pero cerremos ya la vuelta de Carvajal y, si se tercia, traigamos a uno de esos españolitos

(Saya tahu bahwa pertama-tama adalah memperpanjang kontrak Ronaldo dan merekrut Bale. Akan tetapi kami kembali merekrut Carvajal, dan jika ada kesempatan, kami merekrut pemain muda Spanyol)

Apabila Roncero mengaku sebagai jurnalis, seharusnya dia tidak menulis opini dengan kata ganti kami. Sepertinya dia tidak sadar bahwa tidak semua pembaca As adalah pendukung Real Madrid. Kesannya, Roncero ini seperti juru bicaranya Real Madrid.

3. Mundo Deportivo

Tabloid harian Mundo Deportivo bermarkas di Barcelona. Walaupun bermarkas di Barcelona, tabloid ini tidak menggunakan bahasa Katalan sebagai bahasa penutur, melainkan bahasa Spanyol. Sama seperti Marca dan As, sebagian besar tabloid ini fokus kepada liputan sepakbola, khususnya FC Barcelona (FCB). Rival FCB, yaitu Espanyol, tidak banyak mendapatkan tempat di tabloid ini. Tabloid ini juga memasang iklan mengenai produk klub Barcelona seperti yang terlihat di bawah ini :

???????????????????????????????

Sebagai pengiklan dan pemasang iklan, jelas keduanya saling menguntungkan. Mundo Deportivo mendapatkan pemasukan dari tarif iklan dan FCB memiliki potensi untuk mendulang keuntungan dari penjualan produknya. Jadi, tidak mengherankan apabila Mundo Deportivo kadang “diminta” untuk menulis berita yang berpihak kepada rezim pimpinan klub yang sedang berkuasa.

Kasus paling menonjol dari keberpihakan Mundo Deportivo, selain kepada Barcelona, adalah keberpihakan kepada Sandro Rosell dalam pemilihan presiden klub Barcelona pada 2010 lalu. Beberapa kali tabloid ini menjelek-jelekkan rezim Laporta, seperti terlihat dalam gambar artikel di Mundo Deportivo ini:

laporta 2

Di artikel tersebut disebutkan bahwa rombongan FCB menginap di hotel ketika tur Amerika Serikat dan biaya ditanggung oleh penyelenggara. Walaupun demikian, biaya ekstra tidak ditanggung oleh penyelenggara dan seharusnya dibayar sendiri oleh Barcelona. Yang menjadi masalah, disebutkan bahwa pihak klub FCB masih memiliki hutang sebesar USD127.797. Laporta sendiri membantah hal itu. Laporta juga pernah berkata bahwa : “Mundo Deportivo berkampanye mendukung Sandro Rosell”.

Media Olahraga Spanyol dan Tim Nasional Sepakbola Spanyol

Marca dan As sangat mendukung tim nasional Spanyol. Hal itu sudah tidak diragukan lagi. Berbeda halnya dengan Mundo Deportivo yang agak “sinis”. Situasi politik Spanyol mempengaruhi hal ini. Media Katalunya, termasuk media olahraga, tidak menganggap Katalunya sebagai bagian dari Spanyol. Dalam penulisan berita mengenai tim nasional, media Katalunya lebih fokus kepada kiprah para pemain Barcelona di tim nasional. Ya, sampai kapan pun olahraga tidak dapat lepas dari kondisi politik di suatu negara.

Tulisan ini juga dimuat di : http://laligaindonesia.wordpress.com/2014/11/16/media-olahraga-pun-berpihak/